Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 31 Januari 2017

Rumah Adat Tongkonan Sulawesi Selatan



Rumah Adat Tongkonan Sulawesi Selatan



        Rumah adat Tongkonan adalah rumah adat Sulawesi Selatan yang mempunyai bentuk unik menyerupai wujud perahu dari kerajaan Cina pada jaman dahulu. Rumah adat tongkonan juga kerap kali disebut-sebut mirip dengan rumah gadang dari daerah Sumatera Barat. Tongkonan berasal dari kata “tongkon” yang berarti duduk. Rumah tongkonan sendiri difungsikan sebagai pusat pemerintahan (to ma’ parenta), kekuasaan, dan strata sosial pada elemen masyarakat toraja. Rumah adat Tongkonan tidak bisa dimiliki secara pribadi/perorangan karena rumah ini adalah warisan nenek moyang dari setiap anggota keluarga atau keturunan mereka.
        Fungsi Rumah Tongkonan bukan hanya sebagai rumah adat. Dalam budaya mereka, masyarakat toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) adalah bapaknya. Deretan tongkonan dan alang pun saling berhadapan karena dianggap sebagai pasangan suami istri. Alang menghadap ke selatan, sedangkan tongkonan menghadap ke utara. 

Ciri Khas Rumah Adat Tongkonan:


  1. Lapisan dan Bentuk Rumah tongkonan memiliki 3 lapisan berbentuk segi empat yang bermakna empat peristiwa hidup pada manusia yaitu, kelahiran, kehidupan, pemujaan dan kematian. Segi empat ini juga merupakan simbol dari empat penjuru mata angin. Setiap rumah tongkonan harus menghadap ke utara untuk melambangkan awal kehidupan, sedangkan pada bagian belakang yaitu selatan melambangkan akhir dari kehidupan. 
  2. Struktur Bangunan Rumah Adat Tongkonan Struktur bangunan mengikuti struktur makro-kosmos yang memiliki tiga lapisan banua(rumah) yakni bagian atas (rattiangbanua), bagian tengah (kale banua) dan bawah (sulluk banua). Bagian atas (rattiangbanua) digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang mempunyai nilai sakral dan benda-benda yang dianggap berharga. Pada bagian atap rumah terbuat dari susunan bambu-bambu pilihan  yang telah dibentuk sedemikian rupa kemudian disusun dan diikat oleh rotan dan ijuk. Atap bambu ini dapat bertahan hingga ratusan tahun. Bagian tengah (kale banua) rumah tongkonan memiliki 3 bagian dengan fungsi yang berbeda. Pertama, Tengalok di bagian utara difungsikan sebagai ruang untuk anak-anak tidur dan ruang tamu. Namun terkadang, ruangan ini digunakan untuk menaruh sesaji. Kedua, Sali dibagian tengah. Ruangan ini biasa difungsikan sebagai tempat pertemuan keluarga, ruang makan, dapur dan tempat disemayamkannya orang mati. Dan ruangan terakhir adalah ruang sambung yang banyak digunakan oleh kepala keluarga . Bagian bawah (sulluk banua) digunakan sebagai tempat hewan peliharaan dan tempat menaruh alat-alat pertanian. Fondasinya terbuat dari batu pilihan yang dipahat berbentuk persegi. 
  3. Ukiran Dinding Ukiran berwarna pada dinding rumah tongkonan terbuat dari tanah liat. Ukiran-ukiran tersebut selalu menggunakan 4 warna dasar yaitu hitam, merah, kuning dan putih. Bagi masyarakat toraja, 4 warna itu memiliki arti dan makna tersendiri. Warna kuning melambangkan anugrah dan kekuasaan Tuhan (Puang Matua), warna hitam melambangkan kematian/duka, warna putih melambangkan tulang yang berarti kesucian dan warna merah melambangkan kehidupan manusia. 
  4. Tanduk Kerbau Rumah adat Tongkonan umumnya dilengkapi dengan hiasan tanduk kerbau. Hiasan ini tersusun menjulang pada tiang bagian depan. Hiasan tanduk kerbau tersebut secara filosofi adalah perlambang kemewahan dan strata sosial. Semakin banyak tanduk yang tersusun pada rumah ada tongkonan, maka semakin tinggi strata sosial kelompok adat yang memilikinya

         
         Apa yang menarik dari Tongkonan? Banyak. Rumah adat yang satu ini memiliki bentuk yang unik, tata letak yang apik, serta ukiran di sekujur bagian rumah yang menarik. Secara umum, Tongkonan ini dikategorikan sebagai rumah panggung yang terbuat dari kayu. Bukan kayu sembarangan tentunya. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat Tongkonan kabarnya memiliki kualitas juara dan hanya ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan saja. Maka itu, jangan heran jika tanpa pernis dan plitur, kayu rumah Tongkonan tetap awet hingga ratusan tahun. 

Tongkonan juga dibagi ke dalam beberapa bagian, antara lain: 
  1. Sulluk banua atau bagian kolong rumah.
  2. Kale Banua atau bagian badan rumah mencakup seluruh ruangan yang ada di dalamnya.
  3. Ratiang Banua, yakni bagian atap rumah.
Rumah adat Toraja, Tongkonan dibagi ke dalam 4 jenis. Pembagian ini didasarkan pada fungsi Tongkonan itu sendiri, yakni: 
  1. Tongkonan Layuk, merupakan rumah dimana peraturan serta penyebarannya disusun.
  2. Tongkonan Pakamberan/Pakaindoran, merupakan rumah adat Toraja tempat dimana atura-aturan yang telah dibuat dilaksanakan. Umumnya, dalam suatu region, ada banyak Tongkonan Pakamberan yang keberadaannya di bawah Tongkonan Layuk.
  3. Tongkonan Batu A’riri, merupakan rumah dimana pertalian keluarga dijalin. Jadi di rumah ini tak ada aktifitas adat.
  4. Barung-barung, yakni tongkonan yang didiami oleh keluarga bangsawan atau semacam rumah pribadi. Jenis tongkonan ini diwariskan dari keluarga yang satu hingga generasi pelanjut berikutnya.
Rumah Adat Toraja ini memang dahulu dihuni oleh bangsawan saja. Namun saat ini, bukan hal yang mustahil menjumpai rumah Tongkonan ini dimiliki dan dihuni masyarakat biasa. Mereka yang jatuh cinta pada keunikan Toraja. 

sumber :
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/12/rumah-adat-tongkonan-tana-toraja.html
http://kebudayaan1.blogspot.co.id/2013/10/rumah-adat-toraja-tongkonan.html

Tidak ada komentar: