Pakaian Adat Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara yang beribukota di Medan didominasi oleh suku Batak, Nias serta etnis melayu sebagai penduduk asli wilayah Sumatera Utara. Berbagai etnis yang mendiami pulau sumatera ini memiliki kebudayaan yang unik seperti adat istiadat, tarian daerah, makanan khas, dan tidak terkecuali pakaian adat tradisional yang lebih dikenal dengan nama Ulos. Ulos merupakan kain tenun khas Batak berbentuk selendang yang berasal dari propinsi Sumatera Utara. Bagi masyarakat suku karo pakaian adat ulos dianggap sebagai jimat yang mempunyai daya magis tertentu. Secara harfiah ulos dapat diartikan sebagai selimut yang menghangatkan dan melindungi tubuh dari terpaan udara dingin.
Mulanya nenek moyang suku Batak yang memiliki kebiasaan tinggal dan berladang di kawasan pegunungan mengandalkan sinar matahari dan api sebagai tameng untuk menghalau rasa dingin. Namun lambat laun mereka menyadari bahwa matahari tidak dapat diperintah untuk menuruti kehendak manusia. Ditambah lagi cuaca yang tidak bersahabat serta udara malam yang begitu dingin nenek moyang mereka berpikir keras mencari cara lain yang lebih praktis sebagai alternatif untuk menggantikan api yang dirasa terlalu beresiko saat malam hari. Maka lahirlah kain ulos sebagai budaya asli suku Batak yang dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong” yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Dengan demikian kain ulos dijadikan simbol restu, kasih sayang dan persatuan. Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk mulai dari selendang, sebagai kain penutup kepala, bagian bawah, bagian atas, penutup punggung.
Dalam masyarakat Batak Simalungun, Ulos yang dikenal dengan nama hiou digunakan untuk penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipanei, sementara ulos yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari disebut jabit. Penutup kepala wanita disebut suri-suri, sedangkan penutup kepala lelaki disebut Gotong. Pada pakaian pengantin Simalungun ulos digunakan untuk melambangkan kekerabatan yang biasa disebut dengan dalihan natolu atau tolu sahundulan. Pakaian ini terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).
Ulos penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan Sorotali. Sortali merupakan ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota dan umumnya terbuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kain merah. Sortali ini biasanya digunakan pada pesta-pesta besar oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi seperti halnya ulos penggunaan sortali memiliki aturan sendiri dan tidak boleh dikenakan secara sembarangan.
Masyarakat Batak Toba mengenal setidaknya 24 jenis Ulos, yakni:
1) Pinunsaan,2) Ragi idup,
3) Ragi hotang,
4) Ragi pakko,
5) Ragi uluan,
6) Ragi angkola,
7) Sibolang pamontari,
8) Sitolu tuho nagok,
9) Sitolu tuho bolean,
10) Suri-suri na gok,
11) Sirara,
12) Bintang maratur punsa,
13) Ragi huting,
14) Suri-suri parompa,
15) Sitolu tuho najempek,
16) Bintang maratur,
17) Ranta-ranta,
18) Sadun toba,
19) Simarpusoran,
20) Mangiring,
21) Ulutorus salendang,
22) Sibolang resta salendang,
23) Ulos pinarsisi, dan
24) Ulos tutur pinggir.
Menurut orang Batak Karo, Ulos atau Uis lebih dari sekedar kain sandang, melainkan benda bertuah yang mampu memberikan perlindungan bagi pemakainya. Seiring perkembangan zaman, saat ini kain ulos sudah berakulturasi dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas.
sumber :
Tidak ada komentar: