Pakaian Adat Suku Dayak
photo by: herlinadhiya
inframe: ardoni&auliaivanka
Beratus tahun lalu masyarakat Dayak membuat busana dengan bahan dasar kulit kayu
yang disebut kulit nyamu. Kulit kayu dari pohon keras ini ditempa dengan pemukul semacam palu kayu hingga menjadi lemas seperti kain. Setelah dianggap halus ‘kain’ itu dipotong untuk dibuat baju dan celana.
Model busananya sangatlah sederhana dan semata mata hanya untuk menutupi badan. Bajunya berupa rompi unisex tanpa hiasan apapun. Rompi sederhana ini dalam bahasa Ngaju disebut sangkarut.Celananya adalah cawat yang ketika dikenakan bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut ewah. Busana itu berwarna coklat muda (warna asli kayu), tidak diberi hiasan, tidak pula diwarnai sehingga kesannya sangat alamiah.
Akan tetapi naluri berdandan, yang konon telah bangkit pada hati setiap manusia sejak ribuan tahun silam, mengusik hasrat masyarakat Dayak Ngaju untuk ‘mempercantik’ penampilan.Maka baju kulit kayu sederhana itu pun lalu dilengkapi dengan aksesori ikat kepala (salutup hatue untuk kaum lelaki dan salutup bawi untuk para perempuan), giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tatoo) pada bagian tubuh tertentu, yang bahannya juga dipungut dari alam sekitar.Biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang dirangkai menjadi kalung, gelang terbuat dari tulang binatang buruan, giwang dari kayu keras, dan berbagai aksesori lainnya yang berasal dari limbah keseharian mereka.
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_tradisional_adat_dayak
http://www.borneonews.co.id/berita/2816-sejarah-pakaian-suku-dayak-ngaju
https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_tradisional_adat_dayak
http://www.borneonews.co.id/berita/2816-sejarah-pakaian-suku-dayak-ngaju
Tidak ada komentar: