Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 25 Januari 2017

Pakaian Adat Suku Dayak

Pakaian Adat Suku Dayak 

photo by: herlinadhiya
inframe: ardoni&auliaivanka

             Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur memiliki busana tradisional yang disebut sapei sapaq untuk kaum laki-laki dan ta'a untuk kaum perempuan, pakaian ta a terdiri dari semacam ikat kepala yang disebut da a yang dibuat dari pandan, umumnya yang menggunakan da a ini adalah para orang tua, baju atasannya disebut dengan nama sapei inoq serta bawahan dari busana tersebut berupa rok yang dikenal dengan nama ta a. Busana sapei sapaq untuk laki-laki tidak jauh berbeda coraknya dengan busana ta a, perbedaannya hanya pada pakaian atas saja yang dibuat berbentuk rompi ditambah dengan paduan busana bawahan berupa cawat yang diberi nama abet kaboq yaitu semacam celana pendek ketat, sedangkan untuk aksesoris pakaian ditambahkan dengan mandau yang diikat di pinggang. Corak dari busana ini beragam ada yang bergambar burung enggang, harimau ataupun tumbuh-tumbuhan dimana jika dipakaian adat itu ada gambar enggang atau harimau berarti yang memakainya keturunan bangsawan. Kalau hanya motif tumbuhan saja berarti orang biasa saja.

Beratus tahun lalu masyarakat Da­yak membuat busana dengan bahan dasar kulit kayu
yang disebut ku­lit nyamu. Kulit kayu dari pohon ke­­ras ini ditempa dengan pemukul se­macam palu kayu hingga menja­di lemas seperti kain. Setelah di­ang­gap halus ‘kain’ itu dipotong untuk di­­buat baju dan celana.
Model busananya sangatlah se­der­­­­hana dan semata mata hanya un­­tuk menutupi badan. Bajunya berupa rompi unisex tanpa hiasan apa­pun. Rompi sederhana ini da­­lam bahasa Ngaju disebut sangka­rut.Celananya adalah cawat yang ke­­tika dikenakan bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu ber­­­bentuk persegi panjang yang di­­sebut ewah. Busana itu berwarna co­klat muda (warna asli kayu), ti­dak diberi hiasan, tidak pula di­war­nai sehingga kesannya sangat ala­miah.
Akan tetapi naluri berdandan, yang konon telah bangkit pada ha­ti se­tiap manusia sejak ribuan ta­hun si­­lam, mengusik hasrat ma­syarakat Da­yak Ngaju untuk ‘mem­per­can­tik’ penampilan.Maka baju kulit kayu sederhana itu pun lalu dilengkapi dengan ak­se­­­­sori ikat kepala (salutup hatue un­­­tuk kaum lelaki dan salutup ba­wi untuk para perempuan), giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tatoo) pada bagian tubuh tertentu, yang bahannya juga dipungut da­ri alam sekitar.Biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang dirangkai menjadi ka­­lung, gelang terbuat dari tulang bi­natang buruan, giwang dari kayu ke­ras, dan berbagai aksesori lainnya yang berasal dari limbah kese­ha­rian mereka.

Tidak ada komentar: