Gambar tema oleh MichaelJay. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 25 Januari 2017

Alat Musik Tradisional dari Maluku Utara


Alat Musik Tradisional dari Maluku Utara


   Diceritakan bahwa ada tiga bersaudara, mereka terlibat dalam peperangan di Hatubanggali. Setelah peperangan usai, ketiganya meneruskan perjalanan dan berlayar ke selatan. Yang sulung yaitu Kara (Teminolle) turun di Tamilou (Seram) dan menetap disitu. Yang kedua turun di pantai Ouw pulau Saparua dan menetap di Siri-sori yaitu Korale (Simapole). Yang bungsu yaitu Kora (Silaloi) meneruskan perjalanan dengan kora-koranyake pulau Ambon dan tiba pada sebuah gunung atau bukit yang disebut gunung (puncak) Maut. Tempat ini merupakan pemukiman orang-orang Hutumuri yang pertama dan negeri lama ini disebut pula dengan nama Lounussa yang artinya tiba atau mencari pulau.
    Fu merupakan alat musik yang terbuat dari kulit kerang dan cara memainkannya dengan ditiup pada bagian yang berlubang atau terbuka. Selain digunakan untuk memanggil penduduk, alat musik ini juga biasa digunakan untuk mengiringi tari-tarian khususnya masyarakat Suku Asmat, Kabupaten Merauke. Biasanya fu dimainkan dan menjadi paduan harmonisasi yang memberikan warna tersendiri pada ciri khas musik Papua.

    Saat ini keberadaan Fu perlahan terkikis bahkan hampir hilang kegunaannya. Fu lebih banyak disimpan menjadi pajangan di museum. Ada beberapa desa yang melestarikan Fu, seperti desa Sirisori, Amalatu dan desa hutumuri yang masih melestarikan musik ini sehingga fungsinya tetap terlaksana dengan baik.


.

Tidak ada komentar: